5 Dongeng Anak yang Bisa Dibacakan Jelang Tidur
1. Semut dan Kepompong
2. Seruling Ajaib
3. Kera Jadi Raja
4. Si Kancil Kena Batunya
5. Keledai Pembawa Garam
-----------------------------------------------------------------------
1. Semut dan Kepompong
Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai
binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan
yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Angin
bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun.
Kraak!
Terdengar buni dahan-dahan berpatahan. Banyak
hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung
di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali
bersinar hangatnya.
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si
semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah.
Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan
daun yang patah.
Si semut bergumam, "Hmm, alangkah tidak
enaknya menjadi 'kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana".
"Meniadi kepompong memang memalukan!". "Coba lihat aku, bisa
pergi ke mana saja ku mau", ejek semut pada kepompong. Semut terus
mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinva.
Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan
yang berlumpur. la tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap
dirinya semakin dalam. "Aduh, sulit sekali berjalan di tempat beck seperti
ini," keluh semut. Semakin lama, si semut semakin tenggelam dalam lumpur.
"Tolong! tolong," teriak si semut.
"Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan
ya?" Si semut terheran mendengar suara itu. la memandang kesekelilingnya
mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang
mendekatinya. "Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek.
Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa
pergi ke mana saja dengan sayapku.
Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur
itu kan?" "Yah, aku sadar. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu.
Maukah kau menolongku sekarang?"' kata si semut pada kupu-
kupu.
Akhirnya kupu-kupu menolong smut yang terjebak
dalam lumpur penghisap. Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap
tersebut. Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu.
"Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang
kesusahan bukan?, karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya?"
Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang
Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong
menjadi sahabat karib.
2. Seruling Ajaib
Si Kancil sedang asik berjalan di hutan bambu.
"Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan bambu, sejuk dan begitu
damai," kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan
keluar, lalu a mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi
yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang poon bambu. "Tolong!
Tolong!" teriak kancil. la meronta-ronta, tapi semakin a meronta semakin
kuat terjepit. la hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang
menolongnya.
Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang
beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. berkhayal bisa bernyanyi
seperti burung. "Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang
mau mengajari aku bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati. Semilir angin
membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar
suara berderit- derit. Suara it semakin nyaring karena terbawa angin.
"Suara apa ya itu?" kata harimau.
"Yang pasti bukan suara kicauan burung,
sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki
saja," ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan
bambu. la mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon
bambu. "Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan
lezat sudah tersedia", jari harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap
melihat tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan."Apa yang harus
kulakukan agar bisa lolos dengan selamat?", pikir si kancil.
"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku,
tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu." "Aku tak peduli,
aku sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si harimau. Angin tiba-tiba
berhembus lagi, kriet....kriet.... "Suara apa itu?" Tanya Harimau
penasaran. "Itu suara seruling ajaibku,*
jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik
telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri.
"Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku,
bagaimana?" Tanya si kancil.
Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena
ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. la berpikir meniup seruling
tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan
seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan
serius. "Kok lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau.
'ini baru nada dasar", jawab kancil.
Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena
ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. la berpikir meniup seruling
tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asik memainkan
seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan
serius. "Koq lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau. "ini
baru nada dasar," jawab kancil.
"Begini caranya, coba kau kemari dan
renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku" kata si kancil. Harimau
melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari
jepitan poon babu. "Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu
pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan", Kancil menerangkan
dengan serius. "Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi
kalau lagi tidak ngadat suaranya bags lho." "Untung ada si harimau,
hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib," kata kancil dalam hati.
"Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa
ia telah ditipu si kancil. "Kau mau pergi kemana, Cil?", Tanya
harimau. "Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan
meniup seuling," jawab si kancil. "Masa aku harus belajar
sendiri?", tanya harimau lagi. "Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku
kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi
meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup
semili-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu
menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. "Hore aku bisa!"
seru harimau bersemangat. arena terlalu
bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. la
berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu.
"Wah ternyata aku telah ditipu lag oleh si kancil, betapa bodohnya aku
ini, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan.
"Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si
kancil", kata harimau.
Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau
beristirahat di bawah pohon.
Angin berhembus kembali membuat batang-batang babu
saling bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit
reda. la jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat
meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan menyanyi.
3. Kera Jadi Raja
Sang Raja hutan "Singa" ditembak
pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi.
Tak berapa lama seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang
baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul menolak.
"Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang,"
ujarnya. "Kalau begitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang
lain.
"Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku
telah menabrak pohon berkali-kali." "Oh! mungkin Gajah saja yang jadi
Raja, badan kau kan besar.....", ujar binatang-binatang lain. "Aku
tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.
Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum
menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak,
"Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa".
"Tidak mungkin," jawab tupai.
"Coba kalian sema perhatikan aku, aku mirip
dengan manusia bukan?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera.
Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang
baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak
seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menatap makanan yang
lezat-lezat.
Penghuni binatang menjadi kesal, terutama
serigala. Serigala berpikir, "bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya
dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak".
Serigala mendapat ide. Suatu hari, a menghadap kera. "Tuanku, saya
menemukan makanan yang amat lezat, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan
antarkan tuan ke tempat itu," ujar serigala. Tapa pikir panjang, kera, si
Raja yang baru pergi bersama serigala.
Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan
kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera
langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan
yang dibuat manusia. "Tolong! tolong," teriak kera, sambil berjuang
keras agar bisa keluar dari perangkap.
"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang
raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja
seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar serigala dan binatang
lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera, seorang
pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa
tangkapannya ke rumah.
4. Si Kancil Kena Batunya
Angin yang berhembus semilir-semilir membuat
penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa
kantuknya ia berjalan-jalan di hutan sambil membusungkan dadanya. Sambil
berjalan a berkata, "Siapa yang tak kenal Kancil. Si pintar, si cerdik dan
si pemberani. Setiap masala pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai,
ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih
membuat Kancil dapat berkaca. la berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah,
Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku
perdaya".
Si Kancil tidak tahu kalau la dar tadi sedang
diperhatikan oleh seekor Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar.
Si Siput berkata, "Hei Kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada
apa? Kamu sedang bergembira?". Kancil mencari-cari sumber suara itu.
Akhirnya ia menemukan leak Si Siput.
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku
ya?". Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. "Kamu memang kecil
tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar Si Kancil.
Siput terkejut mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya
Jengkel. Lalu Siput pun berkata, "Hai Kancil!, kamu memang cerdik dan
pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka
setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil
dan mengumpulkan teman-temannya. la meminta tolong teman-temannya agar waktu
perlombaan anti semanya harus berada di jalur lomba. "Jangan lupa, kalian
bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika Si
Kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan Si Kancil,"
kata Siput.
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan
sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput
mempersilahkan Kancil untuk berlari dulu dan memanggilnya untuk memastikan
sudah sampai mana la sampai. Perlombaan dimulai.
Kancil berjalan santai, sedang Siput segera
menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, Kancil memanggil Siput.
Tiba-tiba Siput muncul di depan Kancil sambil
berseru, "Hai Kancil! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran,
segera la mempercepat langkahnya. Kemudian la memanggil Si Siput lagi. Ternyata
Siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi tiap la
panggil Si Siput, la selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya bercucuran,
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia
memanggil Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah
tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan. Si kancil berhenti
berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis.
Kancil berkata, "Kancil memang tiada
duanya." Kancil dikagetkan ketika la mendengar suara Siput yang sudah
duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau Kancil. Kelihatannya
sangat lelah, Capai ya berlari?". Ejek Siput. "Tidak mungkin!",
"Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat
kencang", seru Si Kancil.
"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar
Siput. Kancil masih heran dan tak percaya Kalau a dikalahkan oleh binatang yang
lebih kecil darinya. Kancil menundukkan Kepala dan mengakur kekalahannya.
"Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin
kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam
menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang
mempunyai Kelebihan dan Kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan
menyepelekan mereka", jari Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai.
Tinggallah Si Kancil dengan rasa menyesal dan malu.
5. Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor
keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam
di punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan
teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan
lagi." kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada
sungai Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira.
Tapa berpikir panjang, la masuk ke dalam sungai
dan byuur! Keledai itu terpeleset dan tercebur. la berusaha untuk berdiri
kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri.
Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban di punggungnya
semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun,
garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf! garamnya larut
di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas
lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, la harus berjalan melewati pegunungan
bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata
keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan
dirinya dengan sengaja. Byuuur! Tentu saja garam yang ada di punggungnya
menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi
ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu
dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata
tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa
kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika
sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.
Byuuur! Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi
berat sekali.
Rupanya Kapas itu menyerap air dan menjadi seberat
batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada di
punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil
membawa beban berat di punggungnya.
No comments:
Post a Comment