google.com, pub-7319946092747683, DIRECT, f08c47fec0942fa0 kreasi-undangan.blogspot.com: Makalah | Sejarah Kebudayaan Islam

Thursday, April 1, 2021

Makalah | Sejarah Kebudayaan Islam

 BAB I

   PENDAHULUAN

1.    1Latar Belakang

Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenk moyang)  yang memiliki kekhususan  atau keunikan dan masih di jalankan oleh masyarakat. Contohnya, tradisi lisan, yaitu salah satu jenis warisan kebudayaan masyarakat yang proses pewarisannya di lakukan secara lisan. Macam-macam tardisi lisan yaitu :

1.    Cerita rakyat : legenda cerita ken arok, si kabayan, sang kancil, sangkuriang, dan sebagainya.

2.    Bahasa rakyat : logat, dialek, sunda, lentorg.

3.    Sajak/ puisi rakyat : sajak biasa, sinom, asmarandana, dan sebagainya.

4.    Peribahasa rakyat/ ungkapan tradisional seperti ungkapan telur di ujung tanduk dan sebagainya.

5.    Nyanyian rakyat/ folk song : cingcangkeling (sunda), rambate rota (sulsel), dsb

Dan masih banyak lagi kebudayaan islam nusantara yang lainnya, ini harus kita pelihara dan lestarikan, minimalnya kita mengenalnya, makalh ini di buat salah satunya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

 

2.    Rumusan Masalah

3.    Apa jenis dari peninggalan sejarah kebudayaan islam?

4.    Bagaimana kita melestarikan kebudayaan – kebudayaan tersebut

5.    mengenal lebih mendetail dari peninggalan kebudayaan tersebut

6.    mengetahui dan mengapresiasi tradisi dan upacara adapt nusantara

 

BAB II
PEMBAHASAN

1.   Pemangku Islam NusantaraTradisi keagamaan dan keilmuan Nusantara itu dikembangkan di pesantren yang ada di Nusantara. Melalui jaringan keulamaan dan kepesantrenan itulah tradisi Islam Nusantara dikembangkan. Langkah ini membuat seluruh masyarakat Nusantara menjadi pendukung tradisi Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang bermahzab empat. Kalangan ini tidak ekslusif dan pasif. Terbukti ketika Portugis, Belanda dan Inggris datang menjajah kawasan ini dengan memaksakan sistem pendidikan Eropa dengan merongrong pendidikan lokal, maka kalangan ulama pesantren dengan tegas mempertahankan sistem pendidikan mereka sendiri. Pesantren bersikap non kooperatif, menolak segala bentuk kerja sama dengan kolonial untuk melegitimasi penjajahannya. Dari pendidikan pesantren itulah jaringan keilmuan Nusantara berkembang semakin intensif, sehingga bisa mengatasi segala tekanan kolonial, bahkan akhirnya bisa menjadi basis perlawanan terhadap penjajahan.

2.    Karakter Dasar Islam NusantaraIslam Nusantara disebut sebagai sesuatu yang unik karena memiliki karakters yang khas yang membedakan islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang kesini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri. Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tidak dilawan tetapi mencoba diapresiasi kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam. Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apa pun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka. Ketiga, Islam datang memilih tradisi yang sudah usang, sehingga Islam diterima sebagai tradisi dan diterima sebagai agama. Keempat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga prang tidak bisa meninggalkan islam dalam kehidupan mereka.

3.    Makna Keberadaan Islam NusantaraHadirnya Islam Nusantara ini memiliki pengaruh besar dan mendalam terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ditandai antara lain pertama dengan kuatnys hubungan agama dengan tradisi dan bumi yang dipijak (tanah air) maka sejak awal islam ini gigih menolak kehadiran imperialisme atau penjajahan bangsa asing. Bahkan pesantren dijadikan basis perlawanan terhadap penjajahan Barat. Kedua, sejak awal Islam Nusantara turut aktif dalam membela kemerdakaan, mendirikan negara termasuk ikut menyusun konstitusi yang bersifat nasional dan tetap berpijak pada agama dan tradisi sehingga lahirlah Pancasila sebagai konsesus bersama menjelang bangsa ini merdeka. Ketiga, dengan kecintaannya pada tradisi dan tanah air, Islam terbukti dalam sejarah tidak pernah memberontak terhadap pemerintahan yang sah, karena pemberontakan ini dianggap pengkhianatan terhadap negara yang telah dibangun bersama.

 

4.    Sejarah Tradisi Islam di Nusantara

Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut agama Hindu Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus menyesuaikan diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut daerah tersebut.

Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Prose ini menghasilkan budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya Islam. Setiap wilayah diIndonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena itu proses akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di setiap daerah terdapat perbedaan.

Kemunculan seni tradisi Islam baik di Jawa maupun di Luar Jawa (dengan berbagai nama dan istilahnya) tentu merupakan ekspresi keberagamaan (religion) masyarakat yang bersifat local. Sehingga jenis dan macamnya sangat beragam. Namun yang pasti sentuhan budaya local dengan agama Islam yang berlangsung telah melahirkan sebuah bentuk seni baru yang berfungsi baik sebagai ekspresi keagamaan maupun ekspresi budaya. Apapun nama dan tujuannya kesenian tradisi Islam merupakan bagian penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, dan mungkin bahkan di dunia. Berkat kearifan tokoh-tokoh penyebar Islam dalam mengelola percampuran antara syareat Islam dengan budaya local, maka banyak dihasilkan sebuah karya seni yang indah dan merupakan alat sosialisasi yang hebat serta metode dakwah yang paling efektif.

5.    Pengertian Tradisi Dan Upacara AdatBanyk generasi muda yang beranggapan bahwa adat itu adalah kebiasaan alam dan sangnt kuno. Banyk pula yang mengngap adat itu adalah tradisi yang di alih bahasakan menjadi adat atupun sebaliknya. Pengertian Adat itu pada dasar nya adalah:”Ketentuan yang mengatur tingkah angota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia.”oleh sebab itu adat merupajan sustu hukum yang tidak tertulis, namun merupakan sumber hukum yang tercermin dalam adat yang bersendikan syara. Adat mengatur seluruh aspek kehidupan anggota masyarakat maka ketentuan-ketentuan adat secara otonatis juga mengatur nasalah politik atau pemerintah, Etika Budaya, dan sebagainya.

Adat dalam masyarakat Melayu dapat di bagi kepada Tiga tingkatan, Yaitu:
1.Adat Sebenar Adat
2. Adat Yang Di adatkan
3. Adat Yang Teradat

Adat sebenarnya adalah Prinsip-prinsip melayu yang tidak dapat berubah. Prinsip tersebut tersimpul dalam adat bersendi syara dan sysra bersendikan Kitabullah.
Ketentuan-ketentuan adat yang bertentangan dengan hukum sysra tak boleh dipakai lagi dan hukum syara lah yang dominan. Adat yang teradat adalah merupakan konsensus bersama, dimana terdapat suatu sikap, tindakan atau keputusan berdasarkan musyawarah bertsama yang di rasakan cukup baik, Sehingga untuk peristiwa atau tindakan yang sama sifatnya sepert yang terdahulu (yang pernah terjadi sebelumnya) maka tolak ukur nya di pakai sikap tindakan atau keputusan yang telah pernah diambil sebelumnya. Tinkat adat inilah yang sering dapat disebut sebagai “TRADISI”. Pelanggaran terhadap ini sangsinya adalah Hanya diberi teguran atau nasehat oleh pemangku adat atu oleh orang-orang yang dituakan dalam masyarakat.

 

6.    Macam – Macam Upacara Adat Kesukuan Indonesia

2.1 Tahlilan

Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdo’a kepada Alloh dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah), tahmid (Alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Alloh SWT (tasyakuran) dan mendo’akan seseorang yang telah meninggal dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul (tahunan). Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu Kenduri, selamatan dan sesaji. Dalam agam Islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung unsure kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat atau lauk-pauk yang bisa dibawa pulang oleh peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.

2.2 Sekaten

Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud, Sekaten diselenggarakan pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari Keraton ke halaman mesjid Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi Sekaten.

2.3 Adat Basandi Syara’, Sara’ Basandi Kitabulloh

Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al-Qur’an (Kitabullah). Adat Minagkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat basabdi syara, syara basandi kitabullah (Adat bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Alloh).

2.4 Seni Tradisi Genjring

Seni tradisi ini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada umumnya. Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian tradisi ini lebih banyak yang berbasis di masjid. Pada masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir setiap malam anak-anak muda bertemu di masjid. Untuk mengisi waktu senggang, mereka memainkan genjring bersama-sama di masjid. Namun saat ini kesenian ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).

2.5 Kesenian Singkiran

Kelompok kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY. Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai “ Singir Ndjaratan” yang artinya “tembang kematian”. Selain menarasikan nasehat-nasehat kebajikan, kesenian ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan kalimat tahlil yang mengiringi pembacaan narasi syiiran. Kesenian ini semakin hari digerus oleh perspektif Islam modernis dan banyak tergantikan dengan tahlil dan yasinan

2.6 Sholawat Jawi

Kesenian Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan melodi-melodi Jawa (langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).

 

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

Datangnya islam ke wilayah nusantara setelah agama yang lain seperti hindu, budha datiang. Tetapi islam pengaruhnya sangat besar disbanding hindu dan budha, karena islam mengajarkan kesetaraan dan pembebasan, juga karena strategis penyebarannya yang melaui perangkat budaya, bahkan warisan agama lama yang masih ada, kemudian di islamisasi

1.    Adat adalah ketentan-ketentuan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupa manusia.

2.  Menyangkut adat melayu dengan syarat Islam memberi corak terdiri dari bagi masyarakat melayu. Hal ini didasari dengan ketentuan bahwa adat tidak boleh bertentangan dengn hukum syara, ketentuan adat yang bertentangan dengan hujum syara tidak boleh di berlakukan lagi dan harus disesuaikan dengan hukum syara.

3.  Adat sebenarnya tidak dapat berubah-ub ah, karena merupakan pegangan yang fundamental. Yang dapat berubah dan dapat mengadakan penyesuaian dengan perkembangan zaman hanya adat yang teradat.

 

2.    SARAN

Menilai dari penjelasan diatas sudah sepantasnyalah kita menghargai  dan melestarikan tradisi – tradisi islam nusantara, tidak harus dengan hal yang besar kita melakukannya cukup dengan kita menjaga dan mempelajari mengapresiasi kebudayaan nusantara pun kita sudah ikut andil dalam melestarikannya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra. Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal, Bandung; Penerbit Mizan Media Utama, 2002.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Mundzirin Yusuf, dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Cet. I Yogyakarta; Penerbit Pustaka, 2006.

 

No comments:

Post a Comment

Contoh Naskah Drama 6 Orang - Misteri Penginapan 66 (Teks Dialog 6 Tokoh Cerita )

Drama misteri Penginapan 66 Nama Tokoh  : 1.    Winda (Ketua) 2.    Natasya 3.    Mawar 4.    Revan 5.    Farel 6. ...

TOPIK POPULER