Naskah Drama (ANAK MISTIS)
NASKAH DRAMA
“Anak Mistis”
SCENE I (Kelas)
Rizki dan Famil. 2
detektif legendaris SMA Negeri 1. Seperti yang kita lihat bersama, kedua
detektif keren ini sedang menjalankan misi mereka.
(Famil dan Rizki
mondar-mandir di panggung. Bergaya ala detektif. Sekalian sama propertinya.
Latar power point yang misterius)
Rizki
: Partner! Kau dengar kan berita tentang misteri pembunuhan zaman belanda dulu.
Katanya, hantu-hantunya masih berkeliaran. Sekarang saatnya kita selidiki.
Famil :
Betul tuh bro! Karena kasus ini, kita harus bekerja keras. Kita juga harus
merahasiakan misi kita ini, partner.
Rizki
: Cepat cari barang-barang peninggalan sekitar sini, supaya kita tau hantunya
itu orang mana, kerjanya apa, terus waktu zaman belanda dia itu sebagai apa.
Famil :
Oke-oke, ni saya lagi nyatat. (nyatat) Oya, kalau kamu ketemu hantunya, bilang
saya yah…
Rizki : Iyadah, ntar kalo ketemu kita nanyain
aja sekalian sama-sama, dia orang mana, jabatannya apa, dan kenapa dia masih
mau berkeliaran. Okeh…
Famil
: Sudah, sudah. Lama-lama, saya kok ngerasa kayak orang gila yah… Sekalian aja,
hantunya itu masih mau ngejajah kita, keduluan mati, jadi gk jadi deh…
Rizki
: Hahah… pintar lo bro! Kita sudah keren kan teman-teman! (tepuk tangan ke
hadapan penonton, layar powerpoint berubah jadi ruang kelas)
(Nina
lewat depan mereka berdua. Mereka jadi diam, terus liatin Nina dengan takut.
Nina langsung duduk di pojokan. nunduk)
(Niya,
Vina, dan Fani naik ke panggung, mereka mempercepat jalan waktu jalan depan
Nina)
Niya
: Haduh… Sekarang kita sedang ada di SD atau SMA sih? Masa’ mainannya kayak
gituan. (duduk di kursi, lalu membuka laptop)
Famil
: Gak sih… Cuma gak da kerjaan aja. Rileksin badan habis main game dari tadi.
Ya kan?
Rizki
: Iyalah, maklum gamer sejati. Kalaupun kita jadi detektif, itu membuktikan
anak gamer itu pintar dalam nyelesaiin kasus. (duduk, membuka laptop)
Fani
: heleh! Itukan di dunia maya, bukan dunia nyata.
Vina
: Sudah, sudah, diam! Niya, cepat mana film hantunya. Sekali-sekali kita harus
melatih adrenalin, supaya gak jadi penakut.
Fani
: Kenapa sih kalian ini suka sekali nonton film hantu. Niya, kemarin hobi
nonton anime, terus hobi ngedance gak jelas, sekarang… hobi nonton film hantu.
Vina
: Niya emang cepat bosan yah orangnya
Fani
: Kalian gak takut kalau hantu itu keluar apa? (Fani bergeser sedikit menjauh)
Niya
: Kan ini bohongan Fani… Di dunia mah gak ada yang namanya hantu. Hanya jin dan
setan aja. (membuka laptop)
Fani
: Lah, apa bedanya? Sama-sama serem kan?
Vina
: Tenang… Asal kita berdoa sama Allah, kita gak kan kenapa-napa kok. Kamu
nontonnya sambil baca ayat kursi aja yah… yah… (narik Fani supaya mendekat)
Fani
: Iya, iya, ustadzah. Hmm…
Niya
: Nah ini dia… Kita mulai yah! Fani, ayo cepat… Bakal seru nih
(Niya,
Fani, dan Vina pun mulai menonton. Fani sekali-kali melepas pandang karena
tsayat, lalu memperhatikan Nina yang sedang membaca buku)
(Sambil
menonton Fani membaca ayat kursi. Niya dan Vina merasa risih)
(Sementara
NVF nonton film, Famil dan Rizki sibuk main game di laptop mereka, tiba-tiba
Mugni dan Tias datang, cepetin langkah juga waktu lewat Nina, tapi gaya cantik
dong)
Tias
: Mana sih anak gamer itu? (ke belakang FR)
Mugni
: Oo jadi mainnya Onet. Kirain main …,…,…
Tias
: Main gitu doang, gue juga bisa kale. Norak loe
Famil
: Woy, diam aja. Ini juga melatih ketajaman dan kecepatan mata. Liat nih, emang
kamu bisa nyampe level 100 kayak kita?
Mugni
: GAK LEVEL. Ya kan Tias? Eh coba liat, minggir-minggir (melihat laptop Rizki)
Di taskbar (?)
nya malah Running Man-Korea. Gak da yang mencerminkan detektif.
Rizki
: Hellow… Ini juga nyelesain banyak tantangan tauk. Haduh…
Tias
: Lagian yah, detektif itu keren, cool, misterius, cerdas lagi. Kalian mah jadi
boyband aja gih.
Famil
: Heheh… betul juga Tias. Emang, saya ini udah ganteng, keren lagi, kayak anak
boyband yah
Mugni
: Kalian cocoknya jadi komedian aja. Apalagi Rizki, mukanya dah lucu banget.
Hahah
Rizki
: Hmm… Iya saya tahu kalo saya keren. Mending kalian pergi deh… hush…
Tias
:Haduh… Kita keluar aja yuk. (pura-pura gak dengar, Rizki yang ngusir mereka)
Sumpek banget sih di sini. Di sini banyak orang IUUHH, norak… Apalagi ada orang
aneh di pojokan itu. (melihat ke arah Nina, dan Nina membalasnya)
Mugni
: Ih serem Tias. Jangan diliatin dong. Kalau sampai anak aneh itu apa-apain
kamu gimana (pergi)
Nina
: Hati-hati… Jangan sampai kamu celaka hari ini. (pergi melewati MT)
(NVF
dan FR melihat ke arah mereka bertiga, MT melihat ke arah NVF lalu ke arah
FR-bingung)
Mugni
: (merinding) Ih… (pergi)
(Fani
dzikir-dzikir dan baca ayat kursi keras-keras)
Niya
: Haduhhh Fani. Gimana kita bisa nonton, kalau suara dzikir kamu doang yang
kedengaran
Vina
: Iya nih. Dalam hati aja napa…
Fani
: Ya ma’af. Kalian sendiri kan yang nyuruh saya nonton sambil dzikir plus baca
ayat kursi
Vina
: Tapi gak gini juga kali.
(Suasana
tenang sebentar, sampai pada bagian muncul hantu)
Niya
Vina: Aaaaa…
Fani
: Allahu Akbar, Lailaaha Ilallah… (3x) (berdiri sambil lototin laptop)
Niya
Vina: (Liatin Fani)
SCENE 2 (Taman)
(Ijul
sedang berbicara di telpon)
Ijul
: Iya, oke, oke. Catat semua sumbangan OSIS dari kelas 10 dan kelas 11. Terus
nanti kasih ke saya ya (ngangguk-ngangguk di telpon)
Mugni
: (Muncul dari sisi lain panggung) Dasar anak aneh… Apa-apaan dia bilang saya
bakal celaka. Jangan-jangan dia mau balas dendam lagi sama saya… (Jatuh) Aaww…
Ijul
: (Liat ke arah Mugni) Jangan lupa siapkan ruangan OSIS untuk kita rapat nanti,
ya! (Telpon dimatikan)
Mugni
: Aww… sakit! Ijul… Kamu gak liat apa kalau saya jatuh? Bantuin kek…
Ijul
: (Bantuin Mugni bangun) Kamu kok bisa jatuh?
Mugni
: Emm… Ini semua pasti gara-gara Nina. Saya takut…. Saya takut…
Ijul
: Hah? Kok, Nina. (liat ke seliling) Dia aja gak ada di sini. Bagaimana bisa
gara-gara dia.
Mugni
: Ijul, apa jangan-jangan Nina itu punya hal mistis yah? Kamu tau sendiri kan.
Dia itu sekarang sudah jadi anak yang aneh. Tadi dia bilang kalau saya bakal
celaka, dan itu terjadi…
Ijul
: Eits… Kamu ngomong apa? Gak usah mikir yang aneh-aneh deh
Mugni
: Kamu pacar saya kan? Bisa gak kamu percaya sama saya?
Rizki
: (Masuk ke panggung)
Nina
: (Masuk ke panggung) Eh kalian semua sini deh… (Fani, Vina, Famil masuk ke
panggung)
Nina
: Nina… Cewek misterius. Kalau dipikir-pikir, kayaknya Mugni benar juga. Nina
duduk sendirian di pojok belakang di kelas. Ia tak pernah tersenyum dan
bergabung sama anak yang lain. Apa iya… dia memang anak … aa seperti film yang
kita nonton kemarin Fani, Vina…
Fani
: Nin… Mendingan kamu berhenti nonton film hantu deh! Khayalan kamu sudah mulai
ngawur deh kayaknya.
Vina
: Kalian kok kayak gitu sih… Kita itu gak boleh berprasangka buruk kayak gitu
sama orang. Apalagi menuduh Nina macam-macam
Niya
: Emm, Vina! Sebaiknya ntar dulu yah ceramahnya. Kayaknya ini bakal seru deh.
(menatap ke arah Rizki dan Famil, RF menatapnya balik dengan bingung)
Rizki
: (liatin Niya aneh) Partner, partner (narik baju famil). Ini kasus! Kalian
tahu kan bagaimana kerennya kita kalau kita bisa (diam, liat keseliling,
berharap gk da yg dengar) Sst… menyelidiki murid mistis.
Niya
: Hahah… hei, 2 detektif! Saya bakal gabung sama kalian untuk menyelidiki kasus
ini. Okeh?
Vina
: Hobi baru nin? Saya kasih tau yah… Kamu kalau punya hobi itu jangan
plin-plan. Lagian kalau ganti hobi yang bermanfaat dikit napa? Kenapa yang gak
berguna dan aneh-aneh sih?
Niya
: Pliss… pliss… Rizki, Famil, boleh kan saya gabung?
Ijul
: Gak, gak. Saya gak setuju. Rizki, Nina itu bukan murid mistis.
Famil
: Iya, saya setuju sama Ijul. Saya takut kalau ada apa-apa sama kita. Kalau
Nina beneran ada apa-apa gimana? Kalau kita… (bisik) disihir?
Rizki
: Ijul! Kamu pikir saya ngasal? Saya juga sering melihat hal aneh pada Nina.
Kalau mau bukti kamu sebaiknya pulang sama kita nanti.
Vina
: Sudahlah! Kalian ini susah ya kalau dibilangin. Kalau kalian dosa, saya gak
tau yah. Yang penting saya sudah kasih tau kalian, kalau kalian sudah dosa
fitnah orang kayak gitu. (marah)
Fani
: Kita pergi yuk! (narik Vina keluar panggung)
Famil
: Emm… fitnah itu emang dosa. Tapi sebagai detektif, prasangka itu wajib.
Lagian, ini juga baik bagi Nina. Setidaknya dia bisa berubah nantinya.
SCENE 3 (Jalanan)
(Nina
berjalan sendirian, wajahnya sedih, jalannya nunduk. Ia lalu duduk di sebuah
kursi, melamun, menundukkan badan hingga memeluk lutut. Sementara itu, Rizki,
Ijul, Vina, Fani, Mugni jalan juga dan bercerita-cerita)
Rizki
: Ijul, kamu, Tias ma Mugni satu SMP dengan Nina, kan?
Ijul
: Emm… (ragu jawabnya) Iya. Kenapa emang?
Vina
: (ke depan mereka semua, supaya berhenti berjalan) Emangnya Nina dari dulu
sudah kayak gitu yah?
Ijul
: Dia memang kayak gitu. Pintar kayak sekarang juga. Tapi emang sih, dia
berubah waktu kelas 3. Sudah pendiam, dia malah semakin pendiam, menutup diri,
dan entahlah, semenjak itu dia tak pernah bergaul dengan orang. Dan menjadi
aneh… (sedih, nunduk)
Mugni
: Hhh… saya juga gak tau sejak kapan dia jadi anak mistis kayak itu. (takut2)
Atau jangan-jangan dia udah ketemu dukun buat balas dendam ke … (tutup mulut)
Ijul
: Stop, Mugni!
Rizki
: Balas dendam? Balas dendam apaan?
Mugni
: Gak… Aku Cuma parno aja
Vina
: Ooh gitu. Ya udah deh. Terserah kalian…
(Nina
ngeluarin buku hitam yang sudah lecet dan kusam. Dia menggambar gak jelas,
mukanya seperti marah, lalu terakhir dia tutup bukunya, dan fake smile, senyum
miring getohh)
Fani
: (Ngeliat Nina) Itu Nina kan? Dia ngapain?
Mugni
: Liatin aja!
(liatin
tingkahnya Nina)
Fani
: Itu apa yah?
Mugni
: Kalau kamu liat gambarnya, tak punya arah, kusut, dan sulit dimengerti.
Katanya orang-orang kan, kalau yang kayak gitu sih (gk berani lanjutin
kata-katanya)
Rizki
: Sedang berhubungan dengan makhluk astralnya yah? Kalau orang kesurupan kan
gitu juga. Suka ngegambar yang aneh-aneh.
Mugni
: Aah… saya takut. Ijul ayo kita pergi. Kita gak usah pulang lewat sini.
Ijul
: Kamu kenapa sih? Segitunya takut sama Nina.
Mugni
: (marah) Ya udah, saya pergi saja sendiri.
Rizki
: Ya udah, kita semua pergi lewat jalan lain saja (pergi keluar panggung, gak
lewatin Nina)
(Fani
sendiri gak ikut mereka, dia pergi ke Nina, ragu-ragu. Tapi Rizki hanya berdiri
di ujung panggung, perhatiin Fani dan Nina)
Fani
: Nina…
Nina
: (ngegambar gaje, tarikan pensilnya semakin kasar dan gak jelas)
Fani
: Maafin kita yah… Saya tau kok kamu gak kayak yang mereka pikirkan
Nina
: Terus, kalo saya beneran kayak yang mereka pikirkan gimana? Kamu mau apa?
(tanpa ekspresi)
Fani
: Aa.. bukan gitu. Saya Cuma mau jadi teman kamu kok.
Nina
: Saya gak akan berteman dengan siapapun sampai kapan pun
Fani
: Err… itu…
Nina
: Kamu gak takut hah sama saya? Kamu mendingan pergi saja. Jangan ganggu saya
lagi. (merobek kertas gambarnya tadi, lalu dibuang di samping tempat duduknya,
terus pergi dari tempat itu, wajah marah, serem gituu)
Fani
: (kaget, ngeliatin Nina pergi, terus pas Nina pergi diam mikir gitu di
panggung sendirian)
Rizki
: (pergi ke arah Fani, terus ngambil kertasnya Nina.) Wow… apa maksudnya gambar
ini. Yang mugni bilang itu benar. Gambarnya kusut, kayak rambut kribo yang gak
pernah disisir. (taruh di kantung kertasnya) hahah
Fani
: Eh.. eh… mau dibawa ke mana?
Rizki
: di selidiki. Jangan ganggu tugas detektif legendaris SMA 1 ini okeh
Fani
: Tapi jangan macam-macam. Kamu jangan jadiin itu buat nuduh Nina yang
macam-macam yah. (rengek)
Rizki
: Aah… gak kok! Ayo kita pulang sama mereka… (narik Fani nyusul ke arah anak
lain alias berlawanan arahnya sama Nina)
(Hujan…)
Fani
: Ayo, cepat jalannya!!!
SCENE 4 (Kelas)
(Niya,
Rizki, Famil, Vina duduk samaan. Ijul duduk di ujung kiri, Nina duduk di ujung
kanan. Sesekali Ijul ngeliat gelisah ke arah Nina)
Niya
: Eh, eh… Kabar buruk!
Famil
: Apaan, Nin? Apaan?
Niya
: Fani… Fani…
Vina
: Nin, Fani kenapa? Kamu kalau ngomong yang jelas dong. Tarik napas, baca
bismillah dulu ya
Niya
: Fani… Fani sakit. Rizki bilang, kemarin Fani gak langsung pulang kan? Dia
ketemu sama Nina dulu. (ngeliat Nina, jadinya dia menutup mulutnya, Nina sih
cuek aja walau dia dengarin)
Tias
: Itu pasti karena pengaruh mistisnya Nina… (Liat ke Nina) Haduh… kalian ini
masih gak percaya juga yah…
(Nina
langsung pergi, ngeliat Nina pergi, Tias sama Ijul juga pergi, pas Ijul hampir
keluar panggung, Mugni masuk panggung terus nahan Ijul)
Mugni
: Ijul, mau kemana?
Ijul
: Lepasin! (pergi)
Mugni
: Ijul kenapa sih… Aku benar-benar takut kalau ada apa-apa sama Ijul. Gimana
kalau Ijul disihir sama anak mistis itu. (Pergi juga)
Rizki
: Ya udah… Duduk dulu yah. Kita mulai rapat. Sebagai pendamping, sebaiknya
ustadzah Vina memang di sini saja yah, hahah
Vina
: Kalian ini apaan sih… Saya bukan ustadzah (sok-sok an marah)
Rizki
: Iya.. iya, gak! Jadi gimana? Satu, Mugni jatuh setelah Nina peringatkan, dua
Nina punya gambar-gambar gak jelas, ini dia gambarnya (keluarin gambar), tiga,
Fani sakit setelah ketemu sama Nina.
Famil
: Emm… (mikir, yang lain ngeliatin Famil yang mikir) Sebaiknya kita selidiki
dulu.
Niya
: Gimana caranya?
Famil
: Sini, sini… (ngerangkul semua temannya melingkar) Sst… (bisik-bisik, anak
lain ngangguk-ngangguk)
Nina
: Okeh, okeh… Kita mulai sekarang yah…
Rizki
: Wah… pintar loe! Emang yah, kamu itu partner saya yang terkeren. Hahah
(Tos-tosan
deh)
SCENE 5 (Taman)
(Nina
lagi gambar-gambar gak jelas seperti biasa. Tias datang marah-marah)
Tias
: Nina! Kamu dengarin saya yah… Jangan sampai kamu berani bilang jati diri kamu
yang sebenarnya ke mereka. Kamu tetap jadi anak misterius kayak gini saja.
Ngerti!
Nina
: Saya pikir dengan saya kayak gini, masalah kita sudah selesai. Kamu bukan mau
nyakitin saya lagi kan?
Tias
: Itu tergantung kamu. Kalau kamu berani bilang, saya dan Mugni yang bikin kamu
kayak gini sama anak lain. Kamu tunggu saja akibatnya.
Nina
: Saya sudah putuskan. Saya gak mungkin kayak gini selamanya.
Tias
: Maksud kamu?
Nina
: Saya mau punya hidup baru. Saya harus ngalahin ketakutan saya. Karena,
setelah saya pikirkan, setelah ini saya akan pergi untuk ngegapai cita-cita
saya dan gak kan punya waktu untuk ngeladenin orang kayak kalian.
Tias
: Nina, kamu gak akan berani macam-macam kan sama kita? Kamu ingat kan? Waktu
dulu kamu habis karena di bully sama kita. Kamu mau hidup kamu hancur lagi.
Hah? (teriak, trus ngedorong Nina)
Nina
: Saya sudah bilang tadi. Saya bakal hentikan semua ini. (teriak, terus dorong
Tias sampe jatuh)
(Ijul,
Rizki, Mugni datang)
Ijul
: Nina, tunggu!
(Waktu
mereka datang, Tias pura-pura pingsan. Mugni lari ke Tias terus ngedorong Nina)
Mugni
: Kamu apakan sahabat saya, hah? Kamu mau ngebunuh dia? Tau gak, kamu itu
benar-benar menyeramkan, lebih menyeramkan dari kita tau gak. (Pergi peluk
Tias, terus nangis) Tias… bangun…. Kamu jangan mati!
Tias
: (bangun, terus nangis-nangis gak jelas. Kayak orang kesurupan)
Ijul
: Kalian ini keterlaluan! Berhenti!
Mugni
: Kamu gak punya hati Ijul. Teman kamu kesakitan kayak gini, kamu bisa-bisanya
ngomong kayak gitu.
Ijul
: Justru itu. Karena saya punya hati, makanya saya gak kan biarin kalian berdua
nyiksa Nina terus.
(Anak-anak
lain semuanya datang)
Nina
: Ijul, apa maksud kamu?
Ijul
: Tias bangun! (narik tias, maksa supaya berdiri) Saya tau kamu bohong. Bangun!
Mugni
: Lepasin (lepasin tangan Ijul)
Ijul
: (Narik Tias sampe Tias akhirnya bangun juga. Mugni bingung!) Selama ini, Tias
dan Mugni lah penyebab kesalahpahaman ini. Sebelumnya mereka berdualah yang
suka menyiksa Nina. Nina kayak gini karena mereka.
Vina
: (Ke arah Nina) Nina apa benar? Saya mohon kamu sabar yah… Maafin kekhilafan
kita yah, Nina. Saya sudah ingatin mereka kok, tapi mereka tetap saja mikir
yang aneh-aneh tentang kamu. (Mau ngerangkul Nina, tapi Nina hempasin, dia
nundukkin kepalanya)
Mugni
: Ijul… Kamu… Kamu tega bilang kayak gitu sama saya? Sama kita? (sedih)
Ijul
: Kalian juga tega ngelakuin itu sama teman kamu sendiri. (marah, terus mugni
pergi, Tias yang lihat Mugni pergi langsung nyusul Mugni)
Fani
: Nina… (dekatin Nina, ternyata pas dilihat, Nina lagi nangis sambil duduk.
Lama-lama Nina ngeluarin tangisannya.)
Ijul
: Kalian semua di sini. Dengar yah… Nina kayak gini pasti dia trauma punya
teman. Dia memilih untuk tidak dekat dengan siapapun, karena dia takut bakal
disakiti.
Rizki
: Ohh… jadi selama ini kamu sudah tau. Kamu tau kenapa Nina kayak gini. Kamu
juga tau kalau itu karena pacar kamu sendiri. Terus kamu sembunyikan. Hah, apa
bedanya kamu sama mereka berdua? Kamu adalah penyebab semua ini gak pernah
terungkap (marah ke Ijul)
Nina
: Sudah… sudah… (nangis) Kalian jangan kayak gitu lagi. (nangis duduk) Saya
janji saya gak bakal repotin kalian lagi. Saya janji bakal berubah. Saya janji
gak kan ngebuat kalian khawatir atau risih dengan kehadiran saya lagi. Saya
bukan anak mistis teman-teman…. (nangis lagi)
Nina,
Famil : (Ngedekatin Nina, terus nenangin dia)
Famil
: Sudah Nina… Kita ini sahabat. Kita janji bakal ngelindungi kamu. Aku juga
kadang-kadang suka di bully mereka kok. Iya… (berusaha ngeyakinin)
Vina
: Itu wajar kok. Bukan Cuma kamu aja anak di dunia ini yang menjadi korban
bully. Banyak kok, tapi banyak juga dari mereka yang bisa bangkit. Ini hanya
cobaan dari Allah supaya kamu kuat. Ayo… Nina, kamu harus kuat dan bangkit.
Nina
: (berdiri) Hmm… kayaknya kasus yang ini ringan banget yah… Kenapa? Soalnya dia
terbongkar secara alami. Jreng… jreng… langsung terbongkar.
Famil
: Hahah… kan kita detektif legendaris. Belum mulai nyelidiki aja, dah kebongkar
sendiri. Hebat kan?
Rizki
: Famil? Kok sekarang kamu yang narsis sih? Kan harusnya saya yang bilang itu.
Coba Ijul bilang dari dulu pasti kita bisa lebih cepat tindakannya dari ini.
Huh, dasar!
Ijul
: Kamu gak ngerti sebanyak apa saya ngumpulin keberanian.
Rizki
: Heleh
Vina
: Ribut banget sih… Terus gimana sekarang? Mugni sama Tias kita apakan?
Nina
: Nina… kamu ikut kita yah. Kita cerita bareng-bareng…
(Semua
pergi, Ijul berdiri lemas, langsung dirangkul Rizki pergi juga)
SCENE 6 (di kelas)
Mugni
: tias! jadi selama ini kamu yang buat Nina jadi kayak gitu. Kamu yang
nyembunyiin semuanya, terus kamu yang mempengaruhi aku biar takut sama Nina.
Tias
: gk, bukan begitu maksudku
Mugni
: Kamu sahabat saya Tias, kamu tega ya ngelakuin semua ini.
Tias
: Saya gak bermaksud kayak gitu. Justru saya ngelakuin itu demi kamu. Dari
dulunkan, Nina anak yang pintar, dan kita selalu di bawah dia. Itu makanya kita
suka nyakitin dia kan? Terus saya baru tau, kalau Ijul sama Nina. Saya mau
ngejauhin mereka (Jeda, Mugni ngeles) Tapi, saya gak tau kalau jadinya kayak
gini… (terduduk)
Mugni
: Tapi, kamu sudah kelewatan Tias. Saya gak tahan jadi anak yang jahat. Karena
itulah, saya jadi kehilangan teman-teman saya, pacar saya, sahabat saya Tias,
dan yang terpenting itu KEPERCAYAAN. (duduk di hadapan Tias, Tias nangis
nunduk) Saya gak kuat, As…
Tias
: Kamu benar… Saya sudah kelewatan. Saya juga gak kuat kayak gini. (jeda)
Mungkin… kita juga harus berubah. Saya mau kita hidup normal. Nina benar! Kita
harus natap masa depan.
(Vina,
Fani masuk panggung)
Fani
: Wah.. teman-teman saya sekarang sudah baikan. Lega rasanya. Kalau gini kan,
persahabatan jadi lebih indah dan bermakna.
Vina
: Iya benar. Apalagi persahabatan yang diiringi saling membantu antar sesama.
Alhamdulillah…
(Anak
lain semuanya datang)
Fani
: Semuanya sudah ngumpul. Saya sih gak tau apa yang terjadi kemarin, soalnya
kan saya sakit. Tapi yang pasti, kalian sudah saling memaafkan kan?
Vina
: Oh iya… Kamu kemarin, beneran sakit karena habis ketemu Nina?
Fani
: Iya benar sekali! (Yang lain “Hah?” Ngelongo)
Rizki
: Hahah… gak mungkinlah karena Nina. Kemarin kan hujan. Dia emang habis ketemu
Nina, jadinya dia pulang terlambat dan kehujanan lagi. Ya kan Fani
Fani
: Heheh… Iya, kayak gitu ceritanya.
Niya
: Nina… (ke dekat Nina) Sebagai perwakilan detektif, saya minta maaf yah, sudah
percaya kalau kamu itu anak mistis… Maaf
Nina
: Gak kok, saya dah maafin. Lagian, saya gak peduli juga sama kalian. Soalnya
saya nyaman kayak gini. Tapi, berkat kalian semua, saya sadar kalau itu tidak
baik dan saya bisa berubah… Makasih yah… (liat ke Ijul)
Tias
: (Dekatin Nina) Nina… maafin saya… saya merasa bersalah. (mau duduk, tapi
langsung di tahan sama Nina)
Mugni
: Maafin saya Nina… (langsung peluk Nina)
Niya
: Wow… so sweet banget…
Rizki
: Maafin saya juga… (Mau ikut-ikutan peluk, main-main)
Ijul
: (Nahan Rizki) Udah gila apa kamu?
Rizki
: Iya, MAAF (cengengesan sendiri, gaje (?) )
Fani
: Eh… eh… Maaf yah, kalo saya ketinggalan berita. Gara-gara sering bergadang,
saya jadi gampang sakit. BTW, detektif ngapain yah makanya bisa kebongkar?
Penasaran…
Niya
: Nah itu dia… Kita sempat nyelidiki, kalau ternyata, yang bikin Mugni jatuh
waktu itu karena ada bekas minyak depan kelas. Karena kita semua sibuk main,
jadi gak da yang sadar. Sementara Nina, dia kan gak gabung sama kita, jadi dia
tau sejak kapan minyak itu ada di depan kelas kita.
Fani
: Ooo… jadi gitu. Bisa juga yah ternyata kamu gabung sama 2 detektif legendaris
ini. Saya pikir, kamu gak kan ada kerjaannya.
Niya
: Sorry yah
Fani
: Terus-terus…
Niya
: Kita juga sudah curiga sama Mugni, karena dia sering ketakutan sama Nina. Dan
Tias sama Mugni saja yang suka provokasi tentang anak mistis itu. Emm… Maaf yah
Mugni, Tias. Saya Cuma jelasin kok…
Tias
: Iya deh, gak apa-apa…
Niya
: Eh kita baru saja mau mengungkap itu semua. Tapi, tiba-tiba dia sudah
terbongkar duluan. Apalagi ada … (liatin Ijul)
Ijul
: Apaan? (salah tingkah)
Rizki
: Lebih jelasnya kita konfirmasi aja yah sama Ninanya sendiri. Gimana Nina? Ini
gambar kamu… (Ngasih gambarnya)
Nina
: Yah… saya jadi malu (tertunduk) Sebenarnya, saya suka gambar, karena
mencerminkan perasaan saya. Tak tentu arah… Di sini ada orang-orang dan
semuanya di coret (nunjukin gambarnya) Soalnya, saya takut berteman dengan
siapapun.
Vina
: Baiklah kalau gitu. Nina, kamu jangan kayak gitu lagi yah… Yakin saja itu
Cuma cobaan. Kalau kamu suka ngelamun kayak gitu, bahaya loh kalo kamu
kerasukan benaran. Sebaiknya selalu ingat Allah, okeh!
Nina
: Iya Vina… Makasih banyak… Saat ini… saya akan ingat selamanya… Yah,
selamanya… Dalam hidup saya, karena miliki sahabat kayak kalian. (Senyum ke
semua orang)
(Semuanya
tepuk tangan)
Famil
: Eh… eh… BTW, kalau kayak gini, Ijul milih siapa dong… (nyenggol Ijul) dia
atau dia (nunjuk Mugni sama Nina)
Mugni
: Apaan sih kamu Famil? Ijul kan masih pacar saya… (ngerengek)
Famil
: Iya, iya, maaf. Saya lupa! (Takut dimarahin Mugni)
Vina
: Ayo kita masuk kelas… Pasti Pak Sanusi sudah masuk…
(Semuanya
keluar panggung)
No comments:
Post a Comment