google.com, pub-7319946092747683, DIRECT, f08c47fec0942fa0 kreasi-undangan.blogspot.com: Biografi Tokoh Tiga Serangkai ( Pahlawan Nasional )

Wednesday, July 31, 2019

Biografi Tokoh Tiga Serangkai ( Pahlawan Nasional )


BIOGRAFI TOKOH TIGA SERANGKAI

Tokoh tiga serangkai adalah tokoh Pendiri Indische Partij. Pendiri Indische Partij ini pada tanggal 25 Desember 1912 yang berada di Bandung. dalam hal ini organisasi ini adalah organisasi partai yang merupakan miliki dari orang Indonesia dan Eropa yang ada di Indonesia, dalam hal ini partai ini harus dapat menymakan antara pendapat dari orang pribumi dengan pendatang yang berasal dari Belanda tersebut, dan juga yang telah berasal dari keturunan campuran antara Indonesia dan juga Belanda.
Tiga Serangkai Pendiri Indische Partij, Tiga tokoh pendiri Indische Partij tersebut atau dapat disebut juga dengan tiga serangkai juga memiliki tersendiri, yaitu agar dapat memerdekakan negara Indonesia, jadi apapun itu yang terjadi dan penentangan yang di lakukan oleh belanda pun akan di hadapi oleh ketiga tokoh ini.Tiga tokoh ini pernah menentang pergerakan belanda Saat ia telah meminta uang kepda para penduduk Indonesia untuk dapat memperingati 100 hari bebas penjajahan oleh Spanyol pada saat itu.
Sejarah Indische Partij dalam Tiga Serangkai
Dalam hal ini ada sejarah dari terbentuknya Indische Partij ini. pada saat itu terbentuknya Indische Partij ini adalah untuk dapat mengganti dari Indische Bond yang merupakan organisasi Indonesia dan juga bangsa Eropa. Indische Partij ini mempunyai sebuah keinginan agar orang Indo dengan orang bumi putra dapat melakukan kerja sama. Selain itu tujuan terbentuknya Indische Partij ini adalah untuk dapat membangkitkan rasa patriotisme antar sesama yaitu untuk semua Indische Partij tersebut. tujuan dari Indische Partij ini sangat lah kuat. Indische Partij ini memiliki keinginan yang kuat untuk menyukseskan keberhasilan kemerdekaan Indonesia tersebut. Dan bagaimanapun yang akan terjadi pasti tiga serangkai ini akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tersebut. namun pada saat itu tiga tokoh dari Indische Partij ini sempat di masukkan kedalam penjara.Hal ini terjadi karena adanya kabar berita yang telah menyebar di surat kabar bahwa Ki Hajar Dewantara telah menulis sebuah tulisan yang di tulis oleh nya maka Ki Hajar Dewantara menyusul Dr. Cipto Mangunkusumo dan berita bahwa kedu tokoh ini telah masuk penjara telah masuk dan menyebar di surat kabar. apalagi saat ketiga tokoh ini sangat menentang belanda, maka dari itu pada athun 1913 mereka di asingkan ke Belanda. Pada saat itu Dr. Cipto Mangunkusumo Sakit, sehingga mulai di kembalikan ke Indonesia pada tahun 1914. baru menyusul kedua tokohnya lagi yaitu E.F.E Douwes dan juga Ki Hajar Dewantara yang baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1919. Pada saat Ki Hajar Dewantara telah dikembalikan ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara mulai memerhatikan orang –orang yang berada di sekitarnya tentang pendidikannya tersebut.
Dalam kepedulian yang di lakukan oleh Ki Hajar Dewan Tara ini maka mulailah membangun sebuah Taman Siswa, taman siswa ini berisikan buku- buku yang dapat di baca oleh siapapun yang ngin datang ke taman siswa ini. sehingga dalam hal ini taman baca menjadi sebuah taman yang terkenal dan juga bermanfaat khususnya untuk orang- orang pribumi tersebut. Selain itu ada E.F.E Douwes Dekker adalah salah satu orang yang setelah lulus ia juga mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan. dalam hal ini E.F.E Douwes Dekker ini telah mendirikan sebuah Universitas yang diberinama dengan yayasan pendidikan Ksatria Institut yang berada di daerah Sukabumi pada tahun 1940.

Dr Tjipto Mangunkusumo


Nama Lengkap : Tjipto Mangunkusumo
Profesi : -
Tempat Lahir : Pecangakan, Ambarawa, Semarang
Tanggal Lahir : Senin, 0 -1 1886
Warga Negara : Indonesia

BIODATA
Tjipto Mangoenkoesoemo dikenal sebagai salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang juga dijuluki sebagai anggota Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Selain mengabdikan hidupnya sebagai seorang dokter, Tjipto juga bergerak di bidang politik guna menentang penjajahan Belanda. Ketika kedua rekannya dalam Tiga Serangkai berubah haluan bergerak di bidang pendidikan, ia tetap setia berada di jalur politik hingga akhir hayatnya. Tjipto tldaklah berasal dari keluarga priyayi yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Namun karena kecerdasannya, ia mampu bersekolah di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia. Ketidakpuasannya terhadap peraturan-peraturan di STOVIA serta keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat Indonesia di bawah jajahan kolonial Belanda saat itu membuat dirinya aktif menuangkan segala pemikiran dan kritisinya dalam harian De Locomotief sejak tahun 1907. Ia juga menyebarkan pandangan-pandangannya yang sarat akan nilai-nilai politik dengan bergabung dalam organisasi Budi Utomo. Tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Budi Utomo karena adanya perpecahan ideologi dalam tubuh organisasi yang terbentuk pada tanggal 20 Mei 1908 ini. Ia kemudian mendirikan Indische Partij bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara pada tanggal 25 Desember 1912. Saat itu Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Pada tahun 1913, ketiga tokoh pendiri Indische Partij tersebut ditangkap dan dibuang ke Belanda karena aksi propaganda anti Belanda yang mereka tuangkan dalam artikel di harian De Express yang berisi penentangan mereka terhadap perayaan kemerdekaan Belanda di Indonesia. Kehadiran mereka di Belanda memberikan pengaruh penting terhadap Indische Vereeniging, perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda, dalam mendukung pergerakan kemerdekaan.
Karena sakit, Tjipto dipulangkan ke Jawa pada tahun 1914. Setelah ia kembali, ia bergabung dengan Insulinde, suatu perkumpulan yang menggantikan Indische Partij yang kemudian berubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP). Di tahun 1918, ia menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) bentukan Belanda. Ia memanfaatkan Volksraad sebagai tempat untuk menyatakan aspirasi dan kritik kepada pemerintah mengenai masalah sosial dan politik. Karena dianggap berbahaya, pemerintah Hindia Belanda pun membuang Tjipto ke Bandung. Di sana ia bertemu dengan Soekarno. Tjipto juga dibuang untuk kesekian kalinya pada tahun 1928 karena didakwa turut andil dalam pemberontakan yang dilakukan kaum komunis. Ia dibuang ke pulau Banda namun akhirnya dikembalikan ke pulau Jawa karena kondisi kesehatannya yang memburuk.



  Dauwes dekker




Nama lengkap : Eduard Douwes Dekker
   Lahir : Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820
          Meninggal : Ingelheim am Rhein, Jerman, 1 Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 (tahun)

Biografi Douwes Dekker secara singkat adalah seorang yang telah mendirikan sebuah partai politik pada tahun 1912 yang diberi nama dengan Nationale Indische Partij. karena pada saat itu Douwes Dekker tahu bahwa Budi Utamo hanya mengembangkan politik dalam bidan kebudayaannya saja, maka Douwes Dekker mendirikan partai politik dengan berbagai macam aspek yang akan berkembang dengan pesat. Douwes Dekker ini adalah seorang yang masih bersaudara dengan Eduard Dowes Dekker yaitu seorang yang telah mengarang sebuah buku yang diberi nama dengan Max Haveeler. Douwes Dekker adalah seorang yang memang tidak sepenuhnya berasal dari Indonesia. Akan tetapi Douwes Dekker ini akan sepenuhnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan juga akan membuat negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi negara yang maju. dalam hal ini Douwes Dekker ini juga pernah masuk kedalam tahanan karena membela kemerdekaan Indonesia dan selalu menentang apapun yang di katakan oleh bangsa Belanda tersebut. Selain itu juga Douwes Dekker ini pernah mendirikan sebuah belanda. Maka dari itu karena hasil yang di peroleh oleh Douwes Dekker ini semakin meningkat dan Douwes Dekker sangat pandai dalam menentang bangsa Belanda, maka Douwes Dekker ini di tahan kembali oleh belanda dan kemudian di buang di Sirname Amerika Latin. Dalam hal ini lah yang membuat Douwes Dekker termasuk kedalam salah satu tokoh yang berpengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia dan juga salah satu orang yang telah masuk kedalam salah satu pahlawan nasional Indonesia. Dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang aku sudah derita") , adalah penulisBelanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orangpribumi di Hindia Belanda.

  Ki Hajar Dewantara




Nama : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir : Yogyakarta, 8 Mei 1889

Biografi Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesia. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi: "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun". Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

No comments:

Post a Comment

Kumpulan Lirik Lagu Daerah Kota Prabumulih | Lagu Sumatera Selatan ( Sumsel ) | Seinggok sepemunyian | Nanas Prabumulih | Cerite Lame | Ya Saman

SEINGGOK SEPEMUNYIAN Cipt    : Albani                  Voc     : Zulkuspa/Marisca Seinggok sepemunyian Janganlah kite b...

TOPIK POPULER