KADO TERAKHIR UNTUK BUNDA
Aku selalu
dimanja oleh bunda, lantaran karena aku adalah anak tunggal. Kepergian ayah
membuat kami merasa lebih mandiri, kami hanya tinggal bertiga, bunda, aku dan
Mbah Ijah. Kini bunda hanya mencari nafkah sendiri demi memenuhi kebutuhan
hidupku dan kebutuhan sehari-hari, bunda adalah seorang pekerja keras.
“Pagi sayang”,
sambut bunda saat aku menuju meja makan dan duduk di dekatnya
“Pagi bun, bun …
hari ini aku pulang agak telat ya …”
“Memangnya ada
apa ?” tanya bunda sambil meberiku sepiring nasi goreng buatannya.
“Hari ini aku
mau ke toko buku, ada novel edisi baru bun, dan itu limited. Boleh ya bun”.
Pintaku dengan sangat memohon.
“Oke, nanti
bunda suruh mang Ujang yang mengantar…”
Jawaban bunda
selalu saja begitu, sejak aku masuk sekolah sampai usiaku 17 tahun, masih aja
antar jemput kemanapun dan kapanpun. Alasannya karena bunda tidak ingin terjadi
apa-apa denganku. Pernah aku menyangkal, namun bunda memberiku dua pilihan, mau
diantar jemput atau tidak mendapatkan apa yang aku inginkan.
Jadi mau tidak
mau aku harus antar jemput walau kadang memang sangat memalukan. Hanya saja
demi mendapatkan barang yang aku inginkan.
Siang itu,
sepulang sekolah aku menunggu kedatangan mang Ujang sopir bunda itu, namun
kedatangannya tidak kunjung datang. Aku hanya bisa duduk menatap ujung jalan
sekolah.
“Gak pulang Nay
?”, sapaan Dinda teman sebangku ku.
“Lagi nunggu
dijemput ni,” jawabku dengan panik
“Masih aja
dijemput ! lo itu udah gede, ha ha ha”
“Rese lo… udah
sana duluan aja..!” Aku mendorongnya dengan muka kesal
“Iya iya,
hati-hati ya Naya..”
Setelah lama
menunggu, akhirnya mang Ujang datang
“Kemana aja sih
mang, lama benar. Liat tuh sekolah udah sepi !”
Aku menunjukkan
kekesalanku terhadap mang Ujang, dan setibanya di toko buku, aku lekas mencari
buku yang aku inginkan itu.
Dalam waktu
sehari aku mampu untuk membaca novel itu dengan selesai. Lumayan tebal dan wow
…. Ceritanya sangat menarik. Hingga aku terinspirasidari novel tersebut.
Seorang pria yang banyak kemauannya seperti aku, Aku segera menghampiri bunda
yang tengan menonton TV.
“Bun… Bunda
sayang kan sama aku ?” mendekati bunda dan setengah memeluknya.
“Pasti Dony
sayang, kok kamu tiba-tiba nanya gitu ? ada apa ?” tanya bunda dengan menatap
serius.
“Kalau bunda sayang,
bolehkan awal bulan ini aku minta dibeliin HP baru ?”
“Tapi kan HP
Naya belum lama bunda beliin juga !” jawab bunda seakan tidak ingin
mengabulkannya.
“Ya bun, udah
ketinggalan nih, aku bosan ayo dong Bun”, aku meminta dengan memaksa dan
merengek kecil agar bunda tidak tega.
Tak lama
kemudian bundapun menjawab, “Ya”, begitulah bunda selalu saja menuruti
keinginanku.
HP baru sudah
aku dapatkan dan begitu seterusnya, aku selalu minta dibelikan barnag apapun
itu awal bulan.
Malam hari
setelah aku dan bunda selesai makan malam, bunda mengajakku untuk berbicara
serius.
“Nay, bunda akan
ditugaskan ke Malang dalam minggu-minggu ini !”
“Hah ..? serius
bun ?”, tanyaku tak percaa
“Hmmm, Nayya gak
papa kok bun, bunda berangkat aja, kan sayang bun, kalau gak dimanfaatin.”
Jawab ku dengan santai.
“Kamu jaga diri
baik-baik ya Nay, bunda sayang banget sama Naya”, bunda tersenyum.
Hati ini
bersorak kegirangan, karena itu adalah saat-saat yang aku tunggu, bebas dari
aturan-aturan bunda, bebas dari antar jemput, bebas untuk segalany, horee….
Hari ini,
keberangkatan bunda, aku pergi ke sekolah dengan biasa
Tapi, tanpa
diantar mang Ujang tak lagi diejek teman.
Pulang selalu
telat dan bermain sepuasnya bersama teman.
Dan aku sangat
menikmati ini, begitu beberapa hari belakangan ini.
Tanggal 25
Agustus, adalah kelahiran bunda, aku teringat saat bangun pagi dan segera
berangkat ke sekolah. Aku berniat membelikan sesuatu untuk bunda dan aku aka
nberikan nanti malam ketika buda sampai di rumah, karena pagi ini bunda terbang
ke Jakarta.
Setelah usai,
pelajaran di sekolah, aku lekas pergi ke butik langganan bunda itu. Aku
melihat-lihat dan memilih-milih, tapi tak satupun kudapatkan untuk bunda. Aku
melamun sejenak, dan tertuju ke arah gaun hitam itu entah mengapa aku jadi
menyukainya, dan aku berniat membelinya sebagai hadiah untuk bunda.
Sepanjang
perjalanan pulang, aku hanya bisa terpaku oleh jalanan.
Aku terpikir
oleh bunda, rindu dengan dia. Aku merasakan seperti tidak biasanya kali ini,
aku sangat rindu dengan bunda. Aku terus berjalan, sampai rumahku terlihat
ramai dipenuhi dengan orang-orang di sekitar rumahku … bunda pulang ..! ya
bunda sudah sampai. Senangnya, banyak orang yang datang untuk menyambut bunda
dan mungkin sekalian merayakan ulang tahun bunda.
Namun, kesenangan
itu berakhir saat aku melihat beberapa karangan bunga, aku terdiam, terpaku dan
pandanganku hilang sekejap.
“Bundaaaa…..!!!”
Aku tak sadarkan
diri, ketika terbangun, aku melihat ada
Mbah Ijah yang menemaniku yang sangat berjasa di rumah. Mbah Ijah menceritakan
kejadian pastinya, saat di perjalanan
menuju rumah, taxi yang ditumpangi bunda dari airport itu mengalami kecelakaan
dan itu bertepatan saat aku berada di butik.
Aku menangis,
aku seperti orang yang tak sadar, aku melihat bunda terbujur dengan ditutupi
kain putih, bunda cantik, sangat cantik. Aku tak bisa berhenti menangis,
menangisi kepergian bunda, kucium bunda, aku menyesal !” sungguh sangat
menyesal telah menjadi anak yang egois, tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk
bunda. Bahkan ingin memberi sebuah hadiah untuknya pun tak bisa kuberikan. Gaun
hitam itu adalah petanda, bahwa bunda akan meninggalkan aku untuk selamanya.
Selamat jalan bunda.
No comments:
Post a Comment