MARGARETA YANG PEMALU
Nama saya Sinta Artia, biasanya saya dipanggil Sinta, saya mempunyai
tiga sahabat yang sangat akrab yaitu, Deinera Eka Putri, Ananta Nuraini dan
Margareta Rahayu. Aku, Deinera Eka Putri, Ananta Nuraini dan Margareta Rahayu
telah selesai belajar kelompok. Aku dan temanku yang lainnya sangat merasa
senang karena pekerjaan rumah dan PR untuk besok pagi telah kami selesaikan
dengan sangat baik, berarti malam ini kami bisa istirahat atau mengerjakan hal
yang lainnya seperti main handphone.
“Minggu depan, kita belajar kelompoknya di rumah kamu saja ya,
Margareta Rahayu.” Kata Ananta Nuraini melirik Margareta Rahayu. “Rumaku ?”,
Margareta Rahayu terlihat sangat gugup. “Di rumah Deinera Eka Putri saja, ya”.
“Di rumah Deinera Eka Putri kan sudah pernah,” kata Sinta Artia. “Minggu depan
giliran di rumahmu, Margareta Rahayu”. “Kamu tidak senang, kami ke rumahmu ?”,
tanya Deinera Eka Putri. “Bukan, jangan berprasangka seperti begitu Deinera Eka
Putri”. “Sepertinya minggu depan di rumahku kedatangan keluargaku, kita kan bisa
belajar di rumahmu”, usul Sinta Artia.
“Mana bisa kita belajar di kamarku kan di rumahku sedang banyak
tamu, pasti berisik !”, kata Margareta Rahayu. “Kalau begitu, kita belajar
kelompoknya di rumahku lagi saja”. Kami mengangguk setuju dan kami pulang ke
rumah masing-masing.
Besok harinya, Ananta Nuraini, Sinta Artia dan Deinera Eka Putri
masih penasaran dengan apa alasan penolakan Margareta Rahayu. Kata Ananta
Nuraini, “Mungkin ada sesuatu yang menyebabkan Margareta Rahayu menolak kita
semua ke rumahnya.” Aku dan temanku yang lainnya tidak menyadari bahwa
Margareta Rahayu yang kebetulan lewat mendengar percakapan kami tadi. Ia pun
berhenti sambil menatap kami dengan padangan sangat tidak percaya. “Aku tidak
berbohong pada kalian, Ananta Nuraini, di rumahku itu memang sedang kedatangan
keluargaku”, kata Margareta Rahayu langsung menjawab dengan mata yang sangat
merah.
Setelah itu Margareta Rahayu lari ke dalam kelas sambil menangis.
Malamnya Margareta Rahayu mengadu kepada ibunya bahwa “Aku ingin berhenti
belajar kelompoknya bu,” kata Margareta Rahayu sambil menangis. Lalu ibunya pun
bertanya kepada Margareta Rahayu, “Kenapa nak, kamu mau berhenti belajr
kelompoknya”. Lalu Margareta Rahayu menjawab, “Malles, ah B. Teman-temanku
ingin belajar di rumah kita.” Lalu ayahnya bertanya “Kenapa sih ribut-ribut ?”
Ibunya pun menjawab, “Ini Yah, Margareta Rahayu ingin berhenti
belajar kelompoknya, karena teman-temannya nanti datang ke rumah kita.” Kata
ayahnya, “Lah, silahkan saja kalau mereka ingin belajar di rumah kita, ayah
setuju kok. Ibu aja setuju kalau temanmu nanti ke rumah kita, nanti ibu akan
siapkan makanan dan minuman yang enak untuk temanmu”.
Margareta Rahayu langsung gugup dan membicarakan dengan temannya
tentang persoalan yang kemarin. Dan Sinta Artia, Deinera Eka Putri dan Ananta
Nuraini dipanggil Margareta Rahayu dan dia bilang, “Kalian belajar kelompoknya
di rumah aku saja ?” Kami pun terkejut mendengar kata dari Margareta Rahayu,
wajah kami langsung merasa senang karena telah diizinkan datang ke rumahmu.
“Hei, rumahmu ada salonnya juga kan ?” kata Sintia Artia. “Wah,
kalau begitu kita bisa potong rambut dong, Margareta Rahayu”, kata Ananta
Nuraini. Kata ayahnya Margareta Rahayu “Boleh, silahkan saja” yang ada
tiba-tiba di hadapan kami semua. “Aku mau dong Om, potong rambutnya dengan
model terbaru !”, seru Deinera Eka Putri. “Aku juga Om !”, Sinta Artia dan
Ananta Nuraini tidak mau mengalah sama sekali.
Kami begitu sangat senang dengan hasil yang dipotong ayahnya
Margareta Rahayu yang begitu sangat bagus. Aku, Deinera Eka Putri dan Ananta
Nuraini terlihat sangat cantik. Setelah itu kami langsung belajar bareng.
Akhirnya, Margareta Rahayu sengat lega. Sejak itu sampai sekarang, ia tidak
pernah malu lagi menutupi pekerjaan yang dimiliki ayahnya, sebaliknya ia bangga
kepada ayahnya, karena Sinta Artia, Deinera Eka Putri dan Ananta Nuraini
semakin banyak yang ingin potong rambut di salon ayahku, kini salon ayahku
sangat semakin ramai.
No comments:
Post a Comment