BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar RI Thun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut dapat dilakukan
melalui pendidikan. Pedidikan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan
nonformal yang menjadi wadah pengembangan potensi diri serta memiliki akhlak
mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk melahirkan kader penerus
perjuangan bangsa dan negara. Di samping itu, pendidikan kepramukaan yang
diselenggarakan oleh organisasi Gerakan Pramuka merupakan wadah pemenuhan hak
warga negara untuk berserikat dan mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum
dalam pasal 28, pasal 28 C, dan pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Perkembangan Gerakan Pramuka mengalami pasang surut dan
pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan penting oleh kaum muda. Akibatnya
pewarisan nilai-nilai yang terkandung falsafah pancasila dalam pembentukan
pembentukan kepribadian kaum muda yang merupakan inti dari pendidikan
kepramukaan tidak optimal. Pada waktu yang bersamaan dalam tatanan dunia global
bangsa dan negara membutuhkan kaum muda yang memiliki rasa cinta tanah air,
kepribadian yang kuat dan tangguh, rasa kesetiakawanan, kejujuran, sikap
toleransi, kemampuan bekerja sama, rasa tanggung jawab serta kedisiplinan untuk
membela dan membangun bangsa.
Dengan menyadari permasalahan tersebut, pada peringan HUT
Gerakan Pramuka 14 Agustus 2006 dicanangkan Revitalisasi Gerakan Pramuka.
Momentum Revitalisasi Gerakan Pramuka tersebut dirasakan sangat penting dalam
upaya pembangunan kepribadian bangsa yang sangat diperlukan dalam menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntuan perubahan zaman.
Dengan ini pemakalah mencoba untuk menguraikan bagaimana
peranan pramuka dalam membentuk karakter pemuda di era millenial sekarang ini.
B. Rumusan
Masalah
1) Apakah pengertian dari
Pemuda dan Millenial ?
2) Apa
dampak negatif dari millenial terhadap sikap pemuda ?
3) Apa peranan
pramuka di era millenial ?
4)
Bagaimanan cara pembinaan pemuda dalam gerakan pramuka ?
C.
Tujuan Penulisan
1) Untuk memahami
pengertian Pemuda dan Millenial.
2) Untuk mengetahui dampak
negatif dari millenial terhadap sikap pemuda.
3) Untuk mengetahui peranan
pramuka di era millenial.
4) Untuk mengetahui cara
pembiniaan pemuda dalam gerakan pramuka.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pemuda
dan Millenial
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik
sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat
ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai” young people”
dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea”
atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Dalam defenisi lain, pemuda adalah individu dengan
karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki
pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun
kultural. Pemuda juga merupakan suatu generasi yang dipundaknya terbebani
berbagai macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat
dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus yang akan
melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan
melanjutkan estafet pembangunan.
Sedangkan menurut draft RUU kepemudaan, Pemuda
adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia
maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh
karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi
masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini
disebut dengan semangat pembaharu. Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda
juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang
potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan
bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
Sedangkan istilah Millenial menurut Wilbert E Moore
adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra
millenial dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola
ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil.
Pendapat lain, J W School mengungkapkan bahwa Millenial
adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspek-aspeknya.
Berdasar pada dua pendapat diatas, secara sederhana
millenial dapat diartikan sebagai perubahann masyarakat dari masyaraat
tradisional ke masyarakat millenial dalam seluruh aspeknya.
Diungkapkan pula Millenial merupakan hasil dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun millenial betul-betul dirasakan
dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Negara Indonesia sekarang ini sudah
mencapai tahap pemikiran yang sangat millenial, Indonesia sendiri sudah mampu
menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti layaknya yang
ada di kehidupan sehari – hari seperti Televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan lainnya,
sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki kajian
– kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat
Indonesia lebih millenial. Karena sumber
daya inilah
pihak Indonesia bekerja sama dengan Negara lain dan saling melengkapi kebutuhan
antara satu dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan yang ada pada
Indonesia dari sisi millenial maupun teknologinya. Indonesia sedang berada
dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di mana millenial dan globalisasi kian kuat masuk
secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu millenial juga sangat
terpengaruh dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia
sendiri.
B. Dampak Negatif
Millenial terhadap Sikap Pemuda
Terdapat banyak sisi negatif dalam diri pemuda di
Indonesia yang ditimbulkan oleh millenial tersebut, antara lain sebagai berikut
:
1. Pola Hidup Konsumtif : Perkembangan teknologi
industri yang sudah millenial dan semakin pesat membuat penyediaan barang
kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan
masing – masing.
2. Sikap Individualistik : Masyarakat merasa
dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan
orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial.
3. Gaya
Hidup Kebarat-baratan : Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak
lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4. Kesenjangan
Sosial : Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus millenial dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain
individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan
tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses millenial
tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu
dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
5. Kriminalitas
: Kriminalitas sering terjadi di
kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme,
adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
C. Peranan Pramuka di Era
Millenial
Remaja sekarang banyak yang melupakan idiologi bangsa
sendiri. Banyak remaja sekarang yang lebih mengutamakan kesenangan semata. Ini
dapat kita lihat bahwa banyaknya remaja yang terjerumus kedalam pergaulan
bebas, seperti hal nya banyak yang menggunakan drug, banyak
yang mengikuti geng motor, melakukan seks bebas. Dengan demikian pramuka sangat
penting di era millenial ini.
Pramuka dalam era millenial ini sangat penting. Terutama
dalam mengembangkan sifat patriotisme dan nasionalisme di kalangan remaja
sekarang. Dimana didalam organisasi tersebut bisa menumbuhkan rasa kebersamaan
antar anggota. Peran pramuka di masa sekarang juga bisa menyalurkan bakat yang
dimiliki oleh para anggotanya.
Pramuka juga dapat membentuk karakter pribadi seseorang.
Seperti misalnya dapat membentuk sifat kedislipinan dalam setiap diri
anggotanya. Tujuan dari pramuka tersebut sendiri adalah mendidik dan
membina remaja untuk mengembangkan mental, moral, spiritual, intelektual para
remaja untuk menjadi pemuda yang baik dan berguna.
Menurut Azrul Azwar (Ketua Kwartir Nasional) dalam
dialognya, kegiatan pramuka berperan penting dalam pembangunan generasi muda
diantaranya melalui pendidikan karakter, semangat kebangsaan serta meningkatkan
keahlian atau skill serta menumbuhkan rasa nasionalisme.
“Gerakan pramuka itu ada 3 sebenarnya, yang pertama yaitu
: pembentukan karakter, itu akan terlihat nanti dari watak kepribadian akhlah
mulia, jadi anak-anak kita ajak mandiri, jujur, bertanggungjawab, dan kita ajak
sopan santun. Yang kedua adalah kita menanamkan semangat kebangsaan, bela
negara itu yang diajarkan dalam gerakan pramuka. Kalau kita baca darma yang
kedua cinta tanah air dan kasih sayang sesama manusia. Cinta tanah air itu yang
diartikan adalah rasa kebangsaan, cinta bangsa bela Negara. Yang ketiga nanti
tujuan kita adalah untuk meningkatkan keahlian pada anak-anak, ketrampilan itu
bisa ketrampilan standar pramuka tali – temali, smapur atau ketrampilan dalam
rangka menungjang hidup life skill”.ungkapnya.
Azrul Azwar mengatakan, kecerdasan bukan hanya
terletak pada penguasaan ilmu pengetahuan semata, namun juga harus ditopang
oleh jasmani yang kuat, keterampilan dan juga moral, yang semua itu dapat
diperoleh melalui kegiatan pramuka.
Selanjutnya Gerakan Pramuka didirikan sebagai wadah
pembinaan generasi muda yang bertujuan kearah pembentukan dan peningkatan
kualitas manusia, berkepribadian, cerdas serta bertanggungjawab pada
kelangusungan pembangunan bangsa. Pengkondisian ini termasuk dalam anggaran
Gerakan Pramuka seperti berikut ”.
”Gerakan
Pramuka mendidik dan membina anak-anak dan pemuda Indonesia dengan tujuan
agar mereka menjadi :
· Manusia
berkepribadian, berwatak luhur yang kuat mental, tinggi, moral, beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tinggi kecerdasan mutu ketrampilannya.
Kuat dan sehat jasmaninya.
· Warga
negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada negara
kesatuan Republik Indonesia, serta menjadi anggota mayarakat yang baik dan
berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa dan negara.”
Kandungan makna kata-kata kewajiban terhadap Tuhan,
mengamalkan Pancasila, membangun masyarakat. Merupakan pengewejantaham paduan
nilai religius dan nasionalisme (kebangsaan), yang merefleksikan harapan pada
kehidupan layak, dunia dan akhirat dari keseimbangan prilakunya yang produktif
dan positif.
Dalam konteks ini terjadinya proses pembentukan karakter
yang berorientasi kepada kepentingan bangsa dan negara serta kemaslahatan
ummat, menyingkirkan seluas-luasnya kepentingan pribadi dan golongan.
Ditengah kegalauan, kebrutalan, tauran pelajar, mahasiwa,
serangan terorisme, narkoba, kriminal, korupsi tiada kata henti tertayang
dengan pelakunya diawal difigurkan justru menjadi umpatan, vulgarisme sexual
menjadi tontonan yang menggiurkan, penyalahgunaan dan wewenang serta
penyimpangan prilaku lainnya, Menjadi hiasan media elektronik dan cetak dan
buah bibir masyarakat, seakan bunda pertiwi ini dirundung malang, dan mestapa
yang tiada akhir dalam kata gerah : Kerinduan kenyamanan ” tak kunjung datang.
Lalu gonjang ganjing reformasi mandeg, reformasi tak selancar lidah
menyebutnya, Semua orang lalu seakan membalik sejarah reformasi menjadi
biangnya, menjadi ajang politik, dibedah dan ditelusuri, mencari pengakuan kebenaran
atas kesalahan dan kealpaan kembali kepada Ruhnya Pancasila yang selama ini
dibenamkan sebagai suatu simbolsiasi belaka Adalah solusi yang terbaik untuk
menyelamatkan bangsa dari dekadensi kebiadaban moral yang kini luntur hampir
disemua lini unsur dan strata komunitas masyarakat. Bahkan ada tudingan karena
dilenyapkannya mata pelajaran budi perkerti disekolah. Gerakan Pramuka dengan
pola pendidikannya tidak pernah ikut latah, apalagi demonstratif dan atraktif.
Tanpa ribut-ribut tetap eksis, pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan
bermoral secara terstruktur dan sistimatis apa yang digaungkan oleh banyak
kalangan realitanya konsep tersebut dilakukan oleh Gerakan Pramuka.
D. Pembinaan Pemuda dalam
Gerakan Pramuka
Diawali dalam proses pemilahan tumbuh kembang manusia
dilakukan secara dini berjenjang dan berkesinambungan, mulai dari golongan
siaga usia 6 – 10 tahun, golongan penggalang 11-15 tahun, golongan
penegak 16- 21 tahun serta pandega dan racana 21 – 25 tahun. Metode
pendidikan kepramukaan diaplikasikan dalam makna ” Belajar mengajar yang
interaktif dan progresif, dengan muatannya yang dilaksanakan dialam terbuka,
dalam permainan yang mengandung pendidikan, menarik dan menantang, dalam
kelompok satuan terpisah bersipat kompetetif dengan menerapkan sisitem tanda
kecakapan.
Tahapan kematangan kemampuan sesuai dengan perkembangan
dan pertumbuhan jasmani kearah keterampilan yang profesional dicapai dan
ditempuh melalui syarat-syarat tanda kecakapan (TKU) umum dan syarat-syarat
kecakapan khusus (SKK) dengan refleksi melalui tanda-tanda kecakapan khusus
(TKK) dibidang soial budaya agama dan teknologi
Bagi peserta didik yang setara usia pemuda dan remaja
(penegak, pandega, racana) menjurus pada kajian dan pendalaman yang diarahkan
kepada pengembangan minat, potensi dan bakat yang dimiliki melalui satuan karya
(Saka). Seperti pengembangan minat bidang kelautan/maritim (Saka Bahari),
bidang pertanaman dan pertanian (Saka Taruna Bumi), Bidang
penerbangan/Udara (Saka Dirgantara), Bidang kehutanan (Saka Wana Bakti), Bidang
Kamtibmas (Saka Bayangkara), Bidang Kesehatan (Saka Bakti Husada), Bidang
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Saka Kencana) serta bidang Hankam (Saka
Wira Kartika).
Proses pembelajaran dan pembinaannya diarahkan dengan
metode belajar sambil mengerjakan. (learning by doing), belajar sambil mengajar
(learning by teaching), belajar sambil mendapatkan penghasilan (doing to earn),
hidup untuk berbakti dan mengabdi (living to serve), usaha menghasilkan untuk
kebutuhan hidup (earning to live). Orientasi prilaku yang diharapkan
merupakan ajang penggodokan wadah/kawah candradimuka dalam enam unsur
ketrampilan (personal skill) meliputi;
1) Keterampilan
Spritual, adalah implementansi dari penempatan diri selaku hamba yang bertuhan,
kepada perbuatan yang dilandasi norma religius. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan
dalam pengimbangan pemahaman hak dan kewajiban sesuai dengan agama dan
kepercayaan pemeluknya. Serta merefleksikan kehidupannya sebaga warga negara
dengan idiologi Pancasila, dan sebagai anggota dengan Satya dan Darma Pramuka.
2) Keterampilan Emosional, adalah keterampilan
yang senantiasa dimiliki oleh anggota dalam pengendalian emosi menjadi sikap
mentalitas yang berimbang, sehingga menjadi konsekwen yang terukur saat berbenturan
dengan masalah tanpa kehilangan jati diri. Sebagai seorang mahluk yang bersikap
arif dan bijak pada nilai-nilai kemanusiaan ketika mengambil suatu tindakan
mengedepankan moralitas dan peradaban manusia lainnya.
3) Keterampilan Manajerial (Managerial Skill).
Dengan keterampilan manajerial diharapkan pengelolaan kwartir dalam
keorganisasian menjadi inti persoalan, dalam menganalisa visi dan misi
mengaktualisaikan sikap-sikap kepemimpinan bagi seorang pengambil
keputusan/kebijakan yang sukses menerapkan prinsip-prinsip manajemen.
4) Keterampilan fisik, keterampilan ini menjadi
posisi yang amat penting dalam sentuhann kebugaran yang prima menjadi kata
kunci dalam penyelenggaraan pendidikan, tanpa fisik yang prima kesempurnaan
dalam menjalankan pengajaran menjadi halangan. Khususnya muatan yang menuntut
kebugaran, seperti halnya dalam alam terbuka, penjelajahan, olah raga dan yang
lannya. Dengan fisik yang kuat menjadi dukungan yang signifikan dalam mencapai
kesuksesan menterjemahkan muatan materi
5) Keterampilan mengenai alam, Keterampilan
mengenai alam merupakan implikasi logis.dalam menjawab tantangan
penempatan pengetahuan dalam membaca tanda-tanda alam yang dapat
dikenali.Memahami hakekat alam bagi peruntukkan hajat manusia, ekosistem fungsi
alam, menjadi inspirasi dalam mengkondisikan diri pada suatu tindakan yang
akurat bila tanda-tanda itu muncul dapat
menjadi malapetaka.Namun dapat teratasi ketika penyelenggaraan suatu
aktifitas.seperti pengenalan dengan kehadiran binatang, burung-burung laut yang
berterbangan menuju daratan sebagai pertanda akan datangnya cuaca buruk. Begitu
juga sebaliknya jika matahari terbit dengan pantulan sinar warna kemerahan yang
terang mempunyai makna sebagai pertanda cuaca baik. Selain mensyukuri nikmat keindahan
alam dengan segala isinya sebagai ciptahan Tuhan. Dengan demikan dapat
mengantisipasi tanda alam itu, seperti sedia payung sebelum hujan, dapat
disikapi adanya semut beriring yang tergesa-gesa masuk kedalam lubang atau
sangakarnya sebagai pertanda akan datanganya hujan.
6) Keterampilan
Sosial, yaitu Keterampilan yang harus dimiliki setiap anggota pramuka mengakar
pada pembentukan kepedulian sosial (socius/ berkawan), sebagai suatu proses
jalinan interaksi mahluk soial manusia dengan lngkungan hidupnya (human
relation). Ketika menjawab persoalan-persoalan hidup manusia yang tak luput
dari ketergantungan dan saling membutuhkan, menghargai, membagi kasih, wujud
dari kodrat tolong menolong pada konteks, meringankan beban orang lain.
Interaksi sosial ini diaplikasikan dalam proses terjadinya bencana alam dengan penyediaan dapur umum, pertolongan gawat darurat pada korban, kemah bakti, pelestarian alam/. Penghiajauan Wira Karya/ pembuatan fasilitas jalan, pembuatan jamban keluarga dan lain lagi. Dengan memaknai dinamika interaksi sosial yang langsung dilihat dan dialami, baik sebagai infidvidu maupun sebagai mahluk sosial akan melestari sebagai karakter peduli sesama manusia.
Pembinaan yang menyerasikan antara perbuatan dan kata
(moral), antara ketinggian ketajaman akal antara perbuatan tanggungjawab bagi
diri sendiri dan bagi negara, menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan
batiniah termasuk dalam kode kehormatan yang disebut dengan Tri satya :
“Demi
kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh, menjalankan kewajibanku
terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan
Pancasila, menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat, menepati
Dasa Darma.”
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Melalui jenjang pembinaan Gerakan Pramuka yang
berkesinambungan dan berkelanjutan menjadikan anggotanya sebagai warga
negera, tidak pesimis menghadapi tantangan zaman (reformasi yang keluar dari
peruntukkan yang dicanangkan). Sebab menghadapi dinamika kehidupan yang
millenial adalah sebagai suatu tantangan bukan hambatan, bahkan memberikan
suatu peluang dan motivasi kereatifitas, akomodatif, aspiratif, agitatif
tetapi tidak demonstratif dan vulgar dalam bertindak, ditandai produktifitas
aktivitas yang berorientasi pada kemaslahatan orang banyak, akhirnya pemuda
menjadi pelopor bukan pengekor.
Dengan demikian melalui pendidikan karakter bangsa
dengan pola Gerakan Pramuka akan muncul manusia Indonesia pada wawasan
peningkatan pengetahuan (Kognetif), rasa kepedalaman kepedulian (afektif) dan
sikap kepemimpinan yang arif dan bijaksana (Behavioral psikomotorik). Dan
Gerakan Pramuka sudah melakukannya, pencitraan kepemimpinan dimasa datang,
tanpa harus digembar gemborkan dan menepuk dada mengharap balas jasa dan kalung
bunga.
DAFTAR
PUSTAKA
http://fajarhariawan.blogspot.co.id/2016/11/1-jelaskan-pengertian-pemuda.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Millenial
http://mariaulfah17.blogspot.co.id/2016/08/peranan-pramuka-di-era-millenial.html
http://minnatiani.blogspot.co.id/2015/03/pembentukan-karakter-generasi-muda_26.html
http://suciwidiyana.blogspot.co.id/2011/04/pramuka-di-era-millenial-sekarang-banyak.htm
No comments:
Post a Comment